Partikularisme dan Universalisme di Sekolah: Kasus Perlakuan Guru terhadap Siswa Berdasarkan Prestasi
Pendidikan adalah salah satu bidang yang seringkali menjadi arena pertarungan antara nilai-nilai partikularisme dan universalisme. Partikularisme adalah sikap yang lebih mementingkan hubungan emosional atau kedekatan dengan orang lain daripada aturan atau norma yang berlaku secara umum. Universalisme adalah sikap yang lebih menghormati aturan atau norma yang berlaku secara umum daripada hubungan emosional atau kedekatan dengan orang lain. Dalam konteks pendidikan, partikularisme dan universalisme dapat mempengaruhi cara guru memberikan perlakuan kepada siswa, khususnya berdasarkan prestasi mereka.
Salah satu kasus partikularisme dan universalisme di sekolah adalah ketika terjadi perbedaan perlakuan antara siswa yang berprestasi dan siswa yang kurang berprestasi. Siswa yang berprestasi cenderung mendapatkan perlakuan khusus dari guru, seperti mendapatkan pujian, bantuan, atau kesempatan lebih banyak. Siswa yang kurang berprestasi cenderung mendapatkan perlakuan standar atau bahkan kurang dari guru, seperti mendapatkan kritik, hukuman, atau kesempatan lebih sedikit. Hal ini menunjukkan sikap partikularis dari guru yang lebih mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu daripada kepentingan umum atau publik.
Sikap partikularis dari guru ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi siswa, seperti:
- Menurunkan motivasi belajar siswa yang kurang berprestasi. Siswa yang kurang berprestasi dapat merasa tidak termotivasi untuk belajar karena merasa tidak mendapatkan perhatian atau dukungan dari guru. Siswa yang kurang berprestasi juga dapat merasa tidak percaya diri atau minder karena sering mendapatkan perlakuan negatif dari guru.
- Meningkatkan kesenjangan prestasi antara siswa yang berprestasi dan siswa yang kurang berprestasi. Siswa yang berprestasi dapat semakin unggul dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi karena mendapatkan fasilitas dan bimbingan yang lebih baik dari guru. Siswa yang kurang berprestasi dapat semakin tertinggal dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi karena tidak mendapatkan fasilitas dan bimbingan yang cukup dari guru.
- Menimbulkan perasaan tidak dihargai atau diskriminasi bagi siswa yang kurang berprestasi. Siswa yang kurang berprestasi dapat merasa tidak dihargai atau diskriminasi oleh guru karena mendapatkan perlakuan yang tidak adil atau tidak setara dengan siswa yang berprestasi. Siswa yang kurang berprestasi juga dapat merasa tidak diterima atau dikucilkan oleh teman-teman sekelas atau sekolah mereka.
Sebaliknya, sikap universalis adalah sikap yang lebih menghormati aturan atau norma yang berlaku secara umum daripada hubungan emosional atau kedekatan dengan orang lain. Guru yang bersikap universalis akan memberikan perlakuan yang sama kepada semua siswa, tanpa membedakan prestasi, latar belakang, atau kecenderungan mereka. Guru yang bersikap universalis akan memberikan pujian, bantuan, hukuman, atau kesempatan sesuai dengan kriteria yang objektif dan adil.
Sikap universalis dari guru ini dapat menimbulkan dampak positif bagi siswa, seperti:
- Meningkatkan motivasi belajar semua siswa. Semua siswa dapat merasa termotivasi untuk belajar karena merasa mendapatkan perhatian dan dukungan dari guru. Semua siswa juga dapat merasa percaya diri dan bangga karena sering mendapatkan perlakuan positif dari guru.
- Mengurangi kesenjangan prestasi antara siswa yang berprestasi dan siswa yang kurang berprestasi. Semua siswa dapat memiliki kesempatan dan kemampuan yang sama dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi karena mendapatkan fasilitas dan bimbingan yang setara dari guru. Semua siswa juga dapat saling belajar dan berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan teman-teman sekelas atau sekolah mereka.
- Menumbuhkan perasaan dihargai dan integrasi bagi semua siswa. Semua siswa dapat merasa dihargai dan diperlakukan secara adil oleh guru karena mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Semua siswa juga dapat merasa diterima dan menjadi bagian dari komunitas kelas atau sekolah mereka.
Praktek pendidikan sering kali mencerminkan pertentangan antara partikularisme dan universalisme. Perlakuan berbeda terhadap siswa berprestasi dan kurang berprestasi menggambarkan partikularisme guru yang bisa memiliki dampak negatif pada motivasi, kesenjangan prestasi, dan perasaan tidak dihargai pada siswa yang kurang berprestasi. Sebaliknya, pendekatan universalis dalam pendidikan menawarkan perlakuan yang sama kepada semua siswa tanpa memandang prestasi, memungkinkan peningkatan motivasi, mengurangi kesenjangan prestasi, dan mendorong perasaan dihargai serta integrasi bagi semua siswa dalam lingkungan pendidikan. Kesadaran akan implikasi dari partikularisme dan manfaat dari pendekatan universalis dalam pendidikan penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang merangsang, adil, dan inklusif bagi semua siswa.


Komentar
Posting Komentar